2 Profesor dari Indonesia & Rusia Teliti Black Box Sukhoi
black box/ dok.detikcom
Jakarta
Cockpit voice recorder (CVR) yang merupakan bagian dari
black box Sukhoi Superjet 100 telah ditemukan. 2 Profesor dari Rusia dan
Indonesia akan bekerja sama untuk meneliti black box tersebut.
"Black box Sukhoi SuperJet 100 akan diperiksa di Indonesia dan bukannya di Rusia. Nantinya dua orang profesor dari Indonesia dan Rusia yang akan memeriksa black box tersebut. Tadi malam, profesor dari Rusia sudah datang ke Indonesia," ujar Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Tatang Kurniadi, di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Jumat (18/5/2012).
CVR yang ditemukan pada Selasa 15 Mei 2012 lalu saat ini sudah terurai datanya. Investigator KNKT tengah mentranskrip data di black box tersebut untuk selanjutnya didokumentasikan.
"Masih memerlukan waktu 12 bulan atau satu tahun untuk membuat laporan final. Nantinya akan dipublikasikan melalui www.dephub.go.id/knkt," jelas Tatang.
Dalam meneliti CVR, KNKT membutuhkan satu serial number code dari Rusia. Untunglah kode itu sudah didapatkan. Tatang bersyukur isi CVR masih bagus. Sesuai UU, isi black box belum bisa dipublikasikan.
"Apa yang dilakukan ini sesuai protokol internasional, CVR dan FDR tetap di sini jadi tidak dipisah," imbuh Tatang.
Dia menjelaskan, posisi kedua instrumen ini memang di bagian ekor pesawat. Namun ada yang berdampingan dan ada yang terpisah.
"Walau di belakang tidak menutup kemungkinan 2 alat ini terlempar. Seperi CVR dan FDR Adam Air posisinya beda 50 meter jadi ini juga terlempar. Karena ledakan terlempar," jelas Tatang.
"Black box Sukhoi SuperJet 100 akan diperiksa di Indonesia dan bukannya di Rusia. Nantinya dua orang profesor dari Indonesia dan Rusia yang akan memeriksa black box tersebut. Tadi malam, profesor dari Rusia sudah datang ke Indonesia," ujar Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Tatang Kurniadi, di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Jumat (18/5/2012).
CVR yang ditemukan pada Selasa 15 Mei 2012 lalu saat ini sudah terurai datanya. Investigator KNKT tengah mentranskrip data di black box tersebut untuk selanjutnya didokumentasikan.
"Masih memerlukan waktu 12 bulan atau satu tahun untuk membuat laporan final. Nantinya akan dipublikasikan melalui www.dephub.go.id/knkt," jelas Tatang.
Dalam meneliti CVR, KNKT membutuhkan satu serial number code dari Rusia. Untunglah kode itu sudah didapatkan. Tatang bersyukur isi CVR masih bagus. Sesuai UU, isi black box belum bisa dipublikasikan.
"Apa yang dilakukan ini sesuai protokol internasional, CVR dan FDR tetap di sini jadi tidak dipisah," imbuh Tatang.
Dia menjelaskan, posisi kedua instrumen ini memang di bagian ekor pesawat. Namun ada yang berdampingan dan ada yang terpisah.
"Walau di belakang tidak menutup kemungkinan 2 alat ini terlempar. Seperi CVR dan FDR Adam Air posisinya beda 50 meter jadi ini juga terlempar. Karena ledakan terlempar," jelas Tatang.
0 komentar:
Posting Komentar